Ilustrasi seekor Alap-Alap (Falco subbuteo atau sejenisnya).
Alap-Alap Nipon, atau yang dalam klasifikasi ilmiah sering dikaitkan dengan jenis elang kestrel atau alap-alap kecil, merupakan salah satu burung pemangsa yang menarik perhatian para pengamat burung di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Nama "Nipon" mungkin mengacu pada penyebarannya atau asosiasi historis tertentu, namun secara umum, spesies ini merujuk pada jenis alap-alap yang memiliki kecepatan dan ketangkasan luar biasa dalam berburu. Mereka adalah anggota dari famili Falconidae, keluarga yang terkenal karena anggotanya yang mengandalkan kecepatan vertikal dalam serangan udara.
Habitat Alap-Alap Nipon cukup bervariasi, menunjukkan adaptabilitas yang tinggi. Mereka dapat ditemukan di area terbuka seperti padang rumput, lahan pertanian, tepi hutan, hingga kawasan perkotaan yang memiliki ruang terbuka yang cukup untuk berburu. Keberadaan mereka seringkali menjadi indikator kesehatan ekosistem lokal karena mereka adalah predator puncak di rantai makanan serangga dan vertebrata kecil. Di Indonesia, pengamatan terhadap spesies alap-alap kecil ini memerlukan ketelitian karena sering tumpang tindih dengan spesies lain seperti Alap-Alap Kerdil atau Alap-Alap Capri.
Kekuatan utama dari Alap-Alap Nipon terletak pada kecepatannya. Mereka dikenal sebagai pemburu yang gesit, seringkali melakukan manuver udara yang kompleks untuk menangkap mangsa. Tidak seperti elang yang sering mengandalkan serangan dari ketinggian rendah (stooping) dengan kecepatan ekstrem seperti Alap-Alap Emas, Alap-Alap Nipon lebih sering berburu dengan cara patroli aktif di udara pada ketinggian menengah. Mangsa utama mereka adalah serangga besar seperti belalang, kumbang, dan terkadang kadal kecil atau burung passerine yang terbang rendah.
Salah satu teknik berburu khas mereka adalah mengejar mangsa di udara (aerial pursuit). Ketika seekor serangga terdeteksi, alap-alap ini akan meningkatkan kecepatan sayapnya, menunjukkan gerakan yang cepat dan terkontrol. Dalam beberapa kasus, mereka juga terlihat berburu dari tenggeran tinggi, seperti tiang listrik atau puncak pohon, sebelum meluncur turun dengan cepat untuk menyambar mangsa di permukaan tanah atau air dangkal. Kemampuan ini menjadikan mereka predator yang efisien, terutama di lanskap yang didominasi oleh aktivitas serangga.
Sebagai pemangsa, Alap-Alap Nipon memainkan peran krusial dalam mengendalikan populasi serangga yang berpotensi menjadi hama pertanian. Keseimbangan populasi serangga sangat bergantung pada adanya predator alami seperti burung pemangsa ini. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa lingkungan tersebut masih mampu menyediakan sumber makanan yang memadai dan area bersarang yang aman.
Sayangnya, seperti banyak burung raptor lainnya, Alap-Alap Nipon menghadapi tantangan konservasi. Perubahan tata guna lahan, khususnya konversi habitat terbuka menjadi permukiman atau industri, mengurangi area berburu mereka. Penggunaan pestisida yang meluas di area pertanian juga merupakan ancaman tidak langsung. Ketika alap-alap memakan serangga yang telah terkontaminasi racun, akumulasi zat kimia dalam tubuh mereka dapat mengganggu kemampuan reproduksi atau bahkan menyebabkan keracunan langsung. Upaya pelestarian harus berfokus pada menjaga kawasan terbuka dan mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan yang meminimalkan dampak residu kimiawi. Memahami dan mengapresiasi keberadaan Alap-Alap Nipon adalah langkah awal dalam upaya konservasi spesies burung pemburu yang indah dan vital ini.